Banyak hikmah di balik fenomena alam, termasuk letusan gunung
berapi. Meski ditakuti, muntahan gunung berapi membawa banyak berkah.
Terkadang, berkah itu baru dirasakan ratusan tahun kemudian. Itulah
yang dirasakan masyarakat di seputaran Teluk Lampung, sejak enam bulan
terakhir.
Ratusan warga, terutama wanita, kini rajin mengais
pasir berwarna hitam yang disebut pasir besi di Kecamatan Rajabasa,
Lampung Selatan. Demikian halnya di Desa Tegineneng Kuala, Limau,
Tanggamus. Penduduk setempat meyakini pasir besi ini muntahan Gunung
Krakatau yang tak jauh dari lokasi. Pasir besi naik ke permukaan
terbawa gelombang laut. Itu sebabnya, pasir hanya dapat dikumpulkan
saat laut surut.
PT Bengkulu Mega Stille Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu,
melakukan ekspor perdana pasir besi ke China sebanyak 16,5 ton
menggunakan kapal yang didatangkan dari negeri tirai bambu itu.
“Pasir
besi hasil eksploitasi di Desa Tebing Rambutan, Kecamatan Maje,
Kabupaten Kaur tersebut, diberangkatkan dari Pelabuhan Linau”, kata
manajer lapangan PT BMS Aswin, Minggu 5 Juni 2011.
Pengiriman pasir besi itu tidak lepas dari bantuan serta dukungan warga sekitar dan Pemkab Kaur.
“ PT Bengkulu Mega Stille Kabupaten Kaur bekerja sama dengan PT Azza Karya Abadi berencana ekspor pasir besi ke China untuk ke 2 kalinya. Kami
sudah memiliki stok pasir besi siap angkut di kawasan Pelabuhan Linau,
dan apabila ada permintaan, serta kapalnya sudah datang, maka siap
diangkut sesuai permintaan,” ujarnya. Penampungan pasir besi di
kawasan pelabuhan itu setiap hari disuplai dari tambang dalam kawasan
Desa Bukit Rambutan karena cadangannya cukup banyak.
Tenaga kerja
di perusahaan pertambangan pasir besi itu sebagian besar menggunakan
tenaga lokal, namun belakangan jumlahnya dikurangi akibat kegiatan di
kawasan pelabuhan belum maksimal.
Setelah pengumpulan pasir besi
di kawasan pelabuhan tersebut kembali aktif, maka seluruh tenaga kerja
akan diperkejakan kembali, terutama mulai dari lokasi pertambangan
hingga ke stok file di Pelabuhan Linau.
“Warga setempat tidak
perlu gusar karena kami tetap menggunakan tenaga lokal dan tidak
memasok pekerja dari luar Kabupaten Kaur, kecuali warga daerah ini
tidak berminat untuk bekerja di perusahaan tersebut,” tambah Aswin.Setelah adanya PT BMS para pemuda dan warga lainnya
mendapatkan pekerjaan rutin dan berpenghasilan cukup lumayan, bila
dibandingkan dengan pekerjaan selama ini sebagai buruh harian tidak
tetap dan nelayan tradisonal.