Senin, 26 Desember 2011

AKTIFITAS PENAMBANGAN PASIR BESI

Banyak hikmah di balik fenomena alam, termasuk letusan gunung berapi. Meski ditakuti, muntahan gunung berapi membawa banyak berkah. Terkadang, berkah itu baru dirasakan ratusan tahun kemudian. Itulah yang dirasakan masyarakat di seputaran Teluk Lampung, sejak enam bulan terakhir.

Ratusan warga, terutama wanita, kini rajin mengais pasir berwarna hitam yang disebut pasir besi di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Demikian halnya di Desa Tegineneng Kuala, Limau, Tanggamus. Penduduk setempat meyakini pasir besi ini muntahan Gunung Krakatau yang tak jauh dari lokasi. Pasir besi naik ke permukaan terbawa gelombang laut. Itu sebabnya, pasir hanya dapat dikumpulkan saat laut surut.

 PT Bengkulu Mega Stille Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, melakukan ekspor perdana pasir besi ke China sebanyak 16,5 ton menggunakan kapal yang didatangkan dari negeri tirai bambu itu.
“Pasir besi hasil eksploitasi di Desa Tebing Rambutan, Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur tersebut, diberangkatkan dari Pelabuhan Linau”, kata manajer lapangan PT BMS Aswin, Minggu 5 Juni 2011.
Pengiriman pasir besi itu tidak lepas dari bantuan serta dukungan warga sekitar dan Pemkab Kaur.

“ PT Bengkulu Mega Stille Kabupaten Kaur bekerja sama dengan PT Azza Karya Abadi berencana ekspor pasir besi ke China untuk ke 2 kalinya. Kami sudah memiliki stok pasir besi siap angkut di kawasan Pelabuhan Linau, dan apabila ada permintaan, serta kapalnya sudah datang, maka siap diangkut sesuai permintaan,” ujarnya. Penampungan pasir besi di kawasan pelabuhan itu setiap hari disuplai dari tambang dalam kawasan Desa Bukit Rambutan karena cadangannya cukup banyak.

Tenaga kerja di perusahaan pertambangan pasir besi itu sebagian besar menggunakan tenaga lokal, namun belakangan jumlahnya dikurangi akibat kegiatan di kawasan pelabuhan belum maksimal.
Setelah pengumpulan pasir besi di kawasan pelabuhan tersebut kembali aktif, maka seluruh tenaga kerja akan diperkejakan kembali, terutama mulai dari lokasi pertambangan hingga ke stok file di Pelabuhan Linau.

“Warga setempat tidak perlu gusar karena kami tetap menggunakan tenaga lokal dan tidak memasok pekerja dari luar Kabupaten Kaur, kecuali warga daerah ini tidak berminat untuk bekerja di perusahaan tersebut,” tambah Aswin.Setelah adanya PT BMS para pemuda dan warga lainnya mendapatkan pekerjaan rutin dan berpenghasilan cukup lumayan, bila dibandingkan dengan pekerjaan selama ini sebagai buruh harian tidak tetap dan nelayan tradisonal.